Ilustrasi(Freepik)
TINGKAT kesadaran masyarakat Indonesia terhadap Inflammatory Bowel Disease (IBD) atau penyakit radang usus masih tergolong rendah. Padahal, tren kasusnya menunjukkan peningkatan.
IBD, yang meliputi Kolitis Ulseratif dan Penyakit Crohn, adalah kondisi peradangan kronis pada saluran cerna yang memiliki dampak serius pada fisik, mental, hingga kualitas hidup penderitanya.
Gejala IBD pada tahap awal sering kali disalahartikan sebagai gangguan pencernaan biasa, seperti diare, kram perut, mudah lelah, demam, atau penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas. Hal inilah yang menyebabkan banyak pasien terlambat didiagnosis.
Ketua Yayasan Gastroenterologi Indonesia (YGI), Prof. dr. H. Abdul Aziz Rani, SpPD, K-GEH, menekankan pentingnya peningkatan literasi masyarakat.
MI/HO--Edukasi media mengenai IBD di Jakarta, Selasa (9/12)
“Gejala IBD yang menyerupai keluhan pencernaan ringan sering membuat pasien tidak menganggap kondisinya serius. Hal ini membuat banyak pasien datang dalam kondisi yang sudah lebih berat,” ujarnya dalam edukasi media di Jakarta, Selasa (9/12).
Beban Kesehatan Global dan Nasional
IBD telah menjadi beban kesehatan global. Berdasarkan data Global Burden of Disease 2021, terdapat lebih dari 3,8 juta kasus IBD di seluruh dunia.
Sementara di Indonesia, perkiraan insidennya mencapai sekitar 0,88 per 100.000 penduduk per tahun. Angka ini menunjukkan IBD bukan lagi penyakit langka.
Direktur Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, memperingatkan bahwa perubahan gaya hidup dan pola makan berpotensi meningkatkan risiko IBD di Tanah Air.
"Angka ini menjadi peringatan bahwa IBD perlu mendapat perhatian serius," tuturnya, seraya menambahkan bahwa Pemerintah tengah mendorong penguatan layanan diagnosis dan peningkatan akses informasi yang akurat.
Hambatan terbesar dalam penanganan IBD memang terletak pada gejala yang samar.
Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH menjelaskan bahwa banyak pasien baru memeriksakan diri saat kondisinya memburuk. Padahal, jika tidak segera ditangani, IBD dapat berkembang menjadi komplikasi berat. Saat ini, pilihan terapi sudah lebih beragam, termasuk terapi biologis.
Dampak di Luar Fisik
Lebih dari sekadar fisik, IBD memengaruhi kondisi psikologis, aktivitas sosial, dan pekerjaan. Banyak penderita harus beradaptasi dengan risiko kambuh atau kebutuhan untuk selalu dekat dengan toilet.
Steven Tafianoto Wong, seorang pejuang IBD, berbagi pengalamannya:
“Awalnya, saya kira hanya gangguan pencernaan biasa, tapi gejalanya makin sering dan mulai mengganggu aktivitas. Meski tidak mudah, dengan mengikuti anjuran dokter dan disiplin menjaga gaya hidup, kondisinya bisa dikelola dengan baik,” ungkap Steven.
Melihat peningkatan insiden IBD di Asia, Ulya Himmawati, Head of PT Takeda Indonesia, menegaskan perlunya perhatian bersama dari seluruh ekosistem kesehatan.
“Kami berkomitmen menjadi mitra jangka panjang bagi Indonesia melalui obat-obatan inovatif kami, serta memastikan akses seluas-luasnya bagi masyarakat yang membutuhkan,” tutupnya.
Melalui kolaborasi edukasi seperti yang diadakan YGI, Kemenkes, dan Takeda, diharapkan masyarakat dapat mengenali gejala IBD lebih awal sehingga pasien memperoleh penanganan yang tepat waktu. (Z-1)

6 hours ago
5





















:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5394026/original/020373200_1761623330-vini.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5378723/original/058292000_1760316350-Genshin_Impact_update_6_1_01.jpg)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,1100,20,0)/kly-media-production/medias/5379498/original/096397500_1760347998-Vivo_X300_01.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5381852/original/060855400_1760519166-IMG-20251015-WA0008.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5360613/original/031823300_1758711481-Sinetron_Cinta_Sedalam_Rindu_1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5381927/original/019361400_1760522095-WhatsApp_Image_2025-10-15_at_16.40.42_a46bdfd3.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5381575/original/028052100_1760511112-IMG_6034.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,1100,20,0)/kly-media-production/medias/5379541/original/067265500_1760349456-Vivo_X300_02.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5318614/original/025540600_1755491608-ClipDown.com_527464312_17856013998474266_5871319058138792704_n.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5343586/original/078492400_1757445803-iPhone_17_Pro_02.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5381637/original/084016700_1760513028-7.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5376682/original/098147400_1760012851-20251009_144834.jpg)



:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4030625/original/049895100_1653284426-melihat-langsung-pelayanan-Faskes-Tingkat-1-BPJS-Kesehatan-ARBAS-10.jpg)


English (US) ·