Kalangan Ekonom Minta Pemerintah Perhatikan Masyarakat Kelas Menengah
Kelompok masyarakat kelas menengah disebut kalangan ekonom semakin melemah daya beli dan konsumsinya. Pertumbuhan pendapat mereka tak sebanding dengan kenaikan harga. (Foto: Antara).
KBRN, Jakarta: Kalangan ekonom meminta pemerintah memperhatikan masyarakat kelompok kelas menengah. Pasalnya, makin melemahnya daya beli dan tingkat konsumsi masyarakat kelas ini bisa mengancam laju pertumbuhan ekonomi nasional.
Lemahnya kemampuan kelas menengah di Indonesia belakangan ini seharusnya menjadi warning bagi pemerintah. Hal ini disampaikan Ekonom The Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad.
“Konsumsi Rumah Tangga masih menjadi penopang ekonomi Nasional dengan kontribusi mencapai 54-57 persen. Oleh karena itu penting bagi pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat termasuk warga kelas menengah yang makin melemah,” katanya dalam perbincangan dengan RRI Pro 3, Senin (5/8/2024).
Apalagi, kata dia, kelompok masyarakat ini minim insentif dan jaring pengaman. Kelompok rentan memiliki bansos, sementara kelas atas punya tabungan yang besar.
“Masyarakat kelas menengah pendapatanya hanya cukup memenuhi kebutuhan hidup. Pertumbuhan pendapatan mereka tak sebanding dengan lonjakan harga barang,” katanya.
“Otomatis kelompok masyarakat ini daya belinya semakin menurun. Mereka memiliki pendapatan yang lebih lambat pertumbuhannya dibanding dengan biaya hidup.”
Mengacu pada data BPS, harga beras eceran naik atau mengalami inflasi 11,88 persen secara tahunan (yoy) pada Juni 2024. Sedangkan, harga beras grosir naik 10,87 persen (yoy) pada Juni 2024.
Inflasi beras yang mencapai 11,88 persen dan mencapai rekor tertinggi tahun ini disebut kalangan ekonom turut memberikan beban berat bagi masyarakat kelas menengah. Belum lagi kenaikan sejumlah bahan kebutuhan lain dan berbagai jenis pajak yang menganti pendapatan mereka.
Tauhid menyarankan, agar pemerintah juga memikirkan insentif bagi masyarakat kelas menengah. Contohnya insentif pajak dan lainnya yang dapat meringankan beban kelas menengah.
Para ekonom khawatir beban berat kelas menengah akan membuat mereka turun kasta ke dalam kelompok rentan (miskin). Apalagi hal itu dibuktikan dengan data yang ada.
Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS yang diolah oleh Bank Mandiri dalam Daily Economic and Market (Juli 2024) menunjukkan kelas menengah banyak yang turun kasta. Berdasarkan data itu proporsi kelas menengah pada struktur penduduk Indonesia pada 2023 cuma 17,44 persen. Jumlah ini anjlok dari proporsi pada 2019 yang mencapai 21,45 persen.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui, kebijakan pemerintah belum fokus untuk menjaga daya beli kelas menengah. Menurutnya, pemerintah selama ini fokus pada kelompok masyarakat miskin.
https://rri.co.id/bisnis/884277/kala...kelas-menengah
Mengenal Warga Kelas Menengah yang Jumlahnya Turun Mengkhawatirkan
Jumlah kelas menengah di Indonesia menurun belakangan ini. Ekonom menyebut penurunan bisa jadi indikasi krisis ekonomi mulai menghantui Indonesia. Ilustrasi. (AFP/TANG CHHIN SOTHY).
Jakarta, CNN Indonesia -- Jumlah kelas menengah di Indonesia menurun belakangan ini.
Anjloknya persentase kelas menengah terlihat dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS yang diolah oleh Bank Mandiri dalam Daily Economic and Market (Juli 2024).
Dari data itu terlihat proporsi kelas menengah pada struktur penduduk Indonesia pada 2023 cuma 17,44 persen. Jumlah ini anjlok dari proporsi pada 2019 yang mencapai 21,45 persen.
Penurunan jumlah kelas menengah ini berbanding terbalik dengan kelompok rentan. Dalam periode yang sama jumlah kelompok rentan malah meningkat. Tercatat jumlah masyarakat rentan naik dari 68,76 persen pada 2019 menjadi 72,75 persen pada 2023.
Kelas menengah yang daya belinya kian melemah menjadi alarm bagi perekonomian RI. Pasalnya pertumbuhan ekonomi Indonesia sebagian besar masih ditopang oleh konsumsi dalam negeri.
Lantas apa yang dimaksud dengan kelas menengah?
Dalam laporan World Bank bertajuk 'Aspiring Indonesia-Expanding the Middle Class' kelas menengah adalah mereka yang memiliki pengeluaran sebesar Rp1,2 juta hingga Rp6 juta per bulan per kapita.
Sementara, mereka yang memiliki pengeluaran Rp532 ribu hingga Rp1,2 juta per bulan per kapita tergolong sebagai kelompok calon kelas menengah (aspiring middle class/AMF) dan masyarakat dengan pengeluaran Rp354 ribu hingga Rp532 ribu per bulan per kapita masuk dalam kelas rentan.
Sementara itu, Pew Research Center mendefinisikan kelas menengah khususnya di Amerika Serikat (AS) adalah mereka yang tinggal di rumah tangga dengan pendapatan tahunan sebesar dua pertiga atau dua kali lipat pendapatan rata-rata rumah tangga nasional.
Berdasarkan Survei Suplemen Sosial dan Ekonomi Tahunan (CPS-ASEC) 2023 yang melaporkan pendapatan untuk 2022, rumah tangga berpendapatan menengah beranggotakan tiga orang memiliki pendapatan berkisar antara US$61 ribu hingga $183 ribu atau Rp978 juta - Rp2,9 miliar per tahun.
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi...ngkhawatirkan.
masalah kelompok menengah..